oleh

Pelatih Kroasia Tegaskan Dirinya Sebagai Juru Taktik Terbaik Kedua

Pelatih Kroasia Tegaskan Dirinya Sebagai Juru Taktik Terbaik Kedua

Berita Bola | Kangbola.com – Pelatih tim nasional Kroasia Zlatko Dalic mengklaim diri sebagai juru taktik kedua terbaik di dunia, usai membawa Vatreni ke final Piala Dunia 2018 Rusia. Pelatih Kroasia Tegaskan Dirinya Sebagai Juru Taktik Terbaik Kedua

Pelatih Kroasia Tegaskan Dirinya Sebagai Juru Taktik Terbaik Kedua

Dalic sukses membawa Kroasia ke babak final untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, usai menggantikan Ante Cacic pada Oktober 2017. Awalnya ia sempat berkata bahwa dirinya akan tetap jadi pelatih Kroasia usai mampu membawa negaranya lolos ke putaran final Piala Dunia 2018.

Akan tetapi kini setelah sukses di Rusia, beberapa negara seperti Jepang dan Mesir memberikan penawaran terhadap Dalic. Pria berusia 51 tahun ini bersikukuh dirinya tidak tertarik dengan sodoran gaji besar, baik dari tawaran level klub atau pun timnas.

“Suka atau tidak, saya adalah pelatih kedua terbaik di dunia,” tegas Zlatko dalic pada media asal Kroasia, Vecernji List. “Gaji sebesar Rp 72 miliar per tahun untuk pelatih kedua terbaik di dunia ini terlalu kecil!”

“Dengar, uang penting untuk semua orang tapi bagi saya itu bukan motivasi nomer satu. Kontrak saya tersisa dua tahun lagi dan saya bisa tahan untuk tinggal di tim selama itu, namun saya pernah berkata bahwa saya sudah membuat keputusan untuk pergi setelah menjalani tur ke Amerika Serikat [Maret silam].”

“Saya tidak tahan dengan orang-orang yang berubah pikiran, memutuskan nasib saya di timnas Kroasia. Saya mandiri dan tidak terbebani, tapi saya tidak bisa membiarkan siapapun bermain-main dengan saya atau membiarkan seseorang memecat saya dalam dua bulan.”

Disinggung perihal kemenangan Perancis di final, Zlatko Dalic bersikukuh jika skuad asuhan Didier Deschamps itu semata-mata beruntung.

“Saya sedih dan akan tetap sedih sepanjang hidup saya. Itu menjadi penyesalan karena Kroasia tidak bisa menjadi juara dunia, dan seharusnya kami bisa keluar sebagai juara karena kualitas yang kami miliki serta kualitas permainan kami,” tambahnya.

“Namun Tuhan tidak ingin kami memenanginya. Kami tidak kalah dari tim yang lebih baik. Perancis hanya lebih beruntung. Penyesalan ini tidak akan pernah hilang.”

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *