oleh

Cerita Dibalik Lagu Kebangsaan Liverpool yang Kobarkan Semangat Klub

Cerita Dibalik Lagu Kebangsaan Liverpool yang Kobarkan Semangat Klub

Berita Bola | Kangbola.com – Berikut adalah penjelasan mengapa dan sejak kapan lagu ‘You’ll Never Walk Alone’ menjadi lagu kebangsaan Liverpool, tim asal Barat Laut Inggris itu. Dan anda akan lihat keajaiban lagu YNWA di babak final Liga Champions 2005! Cerita Dibalik Lagu Kebangsaan Liverpool yang Kobarkan Semangat Klub

Cerita Dibalik Lagu Kebangsaan Liverpool yang Kobarkan Semangat Klub

Seperti biasa lagu kebangsaan Liverpool “You’ll Never Walk Alone” akan diperdengarkan sebelum dan sesudah pertandingan, namun tahukah anda asal usulnya?

Artikel di bawah ini diambil dari tulisan seorang fans garis keras Liverpool, Antoine Choueri.

Tahun 1940 adalah setahun sejak Perang Dunia II dimulai, dan sebagian besar daratan Eropa sudah menyerah kepada Jerman. Semua mata tertuju pada negara terakhir yang masih bertahan, Inggris. Apa yang bisa dibilang kerajaan terbesar dalam sejarah dunia sudah di ambang kekalahan. Di Timur Laut Inggris, antara Sungai Mersey dan Laut Irlandia, penduduk Liverpool menyaksikan kehancuran terberat yang pernah ada, menjadi kota paling banyak dibom oleh serangan-serangan Nazi setelah London.

Beberapa dekade kemudian, Liverpool sudah hampir pulih dari serangan Blitz itu dan krisis pasca-perang. Namun munculnya Kanal Kapal Manchester berarti kapal yang datang dari Amerika dan seluruh dunia akan melewati dok-dok Liverpool yang hancur lebur untuk pergi langsung ke pelabuhan kota Manchester.

Apa yang tadinya merupakan kota kedua terbesar Kerajaan Inggris dan pelabuhan terbesar di dunia sekarang berada di ambang kehancuran, perekonomian lesu, dan setengah dari penduduk kota melarikan diri mencari pekerjaan ke London atau Amerika Serikat.

Namun pada tahun 1960, seorang pria Skotlandia berusia 47 tahun bernama William Shankly baru saja tiba di Mersey untuk mengelola tim sepak bola Divisi Dua yang biasa-biasa saja, Liverpool FC. Pada Juli tahun yang sama, empat remaja mengganti nama band mereka dari ‘Silver Beatles’ menjadi ‘The Beatles’. Liverpool sejak saat itu ditakdirkan untuk mengubah sejarah selamanya.

Pada tahun 1963, Bill Shankly sudah membawa Liverpool kembali ke divisi utama Inggris, dan sudah berani menantang trofi utama.

The Beatles, dengan beberapa hits #1, memimpin gerakan Merseybeat, yang sangat mendominasi tangga lagu di Inggris. Sama seperti The Beatles, Gerry And The Pacemakers adalah sebuah band Merseybeat dari Liverpool, yang dikelola oleh Brian Epstein dan direkam oleh George Martin.

Setelah era kegelapan dekade 1950-an, Liverpool Football Club kembali ke divisi teratas. Stadion kandangnya, Anfield, penuh lagi dari minggu ke minggu.

Di antara tribun di Anfield, teras di mana inti dari fans tuan rumah berdiri adalah The Spion Kop, dinamai menurut satu bukit di Afrika Selatan, di mana sejumlah besar Liverpudlians kehilangan nyawa mereka saat menjadi tentara Inggris dalam Perang Boer pada 1900. The Kop, sebuah tribun khusus berdiri, bisa menampung hingga 30.000 fans Liverpool, membuatnya menjadi salah satu tribun berdiri terbesar di dunia.

Saat itu, tiket tidak dibeli di internet 6 bulan sebelum pertandingan. Penggemar harus datang cukup awal ke stadion dan menunggu dalam antrian yang tak berujung untuk menonton permainan tim lokal mereka.

Tribun The Kop sudah penuh dalam waktu setengah jam sebelum setiap pertandingan dimulai. Untuk menjaga mood mereka, DJ stadion sering memainkan lagu-lagu terakhir yang hit, terutama dari band-band Liverpudlian pada saat itu.

Terkenal karena ikatan alami mereka dengan musik, para pendukung yang berdiri di tribun The Kop sering bernyanyi bersama dengan suara lantang mereka karena sudah mendengar begitu sering lagu-lagu tadi di klub-klub minum lokal, sebelum melihat para pemain tercinta Liverpool mereka mengalahkan tim lawan dan membuat jalan mereka ke rangking atas klasemen.

Kemudian pada suatu sore November yang dingin, sementara menantikan para pemain dengan kaos warna merah masuk ke lapangan The Kop tiba-tiba menyanyikan sebuah lagu yang mereka pikir mereka sudah dikenal selama berabad-abad. Mereka bernyanyi bersama untuk sebuah lagu dari Gerry Mardsen, salah satu dari mereka sendiri, yang bertengger di tangga lagu No 1 selama tiga pekan berturut-turut.

Sebuah lagu yang berjudul “You’ll Never Walk Alone.”
Setelah sambutan yang luar biasa dari The Kop, lagu itu terus dimainkan sebelum dan sesudah setiap pertandingan di Anfield musim itu. Dan kebiasaan itu dilanjutkan sampai dengan hari ini.

Pada akhir musim, pada pertengahan tahun 1964, Liverpool FC adalah juara dari Inggris, dan Beatlemania telah mencapai Amerika dan negara-negara lain dari planet ini. Liverpool sedang berada di puncak dunia. Saat tahun-tahun mulai berlalu dan trofi perak menumpuk di Anfield Trophy Room, lagu penuh semangat tersebut terus diputar dan dinyanyikan orang-orang dengan jersey warna merah, menang atau kalah, kandang atau tandang, di Inggris atau luar negeri.

Volume suara, humor, kemurahan hati, spanduk, bendera, syal, orisinalitas, kreativitas, dan yang paling penting, kesatuan membuat The Kop menjadi tribun sepak bola paling terkenal di dunia.

Banyak tribun sepak bola di seluruh Eropa kini dinamai Kop, dan beberapa penggemar klub lain mengadopsi lagu “You’ll Never Walk Alone” yang sama sebagai lagu kebangsaan mereka: tim Belanda Feyenoord, FC Twente dan SC Cambuur, tim Jerman Borussia Dortmund, Mainz 05, Kaiserslautern, Borussia Mönchengladbach, FC St Pauli, SV Darmstadt 98, tim Jepang FC Tokyo, dan tim Skotlandia Celtic Glasgow.

Klub lain mungkin melihatnya sebagai lagu yang brilian (itu adalah salah satu lagu terbaik yang pernah ada), tetapi lagu itu selamanya akan memiliki tempat khusus, unik, dan emosional dalam hati fans Liverpool dan cerita rakyat kota Liverpool.

Kata-kata dalam lagu itu mewakili dua peristiwa Liverpool paling penting dalam 120 tahun sejarahnya. Yang terbaik dan terburuk. Tertinggi dan terendah. 2005 dan 1989. Hillsborough dan Istanbul.

Pada tanggal 25 Mei 2005, di final Piala Eropa di Istanbul, Liverpool FC belum pernah lolos selama 15 tahun. Nasib itu seolah-olah tidak berubah setelah 45 menit, dengan ketinggalan 3 gol dari AC Milan. Piala Eropa, trofi dengan dua telinga besar, sudah siap-siap diangkut menuju ke Milan. Namun, segera setelah pemain masuk lapangan lagi di babak kedua, untuk mengurangi penghinaan karena bakal kalah, mereka mendengar setengah stadion menyanyikan lagu kebanggaan YNWA itu dengan penuh gairah.

Hasilnya menakjubkan! AC Milan vs Liverpool babak kedua …. 3-0 … 3-1 … 3-2 … 3-3 dan akhirnya Liverpool menang adu penalti! Mirip seperti di film!

Itu adalah suatu sore yang dingin pada tahun 1963 ketika lagu terbesar yang pernah ada dilahirkan, ketika cerita antara lagu dan sebuah kota dimulai.

Jika Anda berpikir bahwa “You’ll Never Walk Alone” hanyalah satu lagu pop era 1960-an yang dinyanyikan fans Liverpool sebelum setiap pertandingan, maka Anda salah.

Ini adalah ritual pra-pertandingan yang mewakili kisah sebuah kota tercinta mereka, mewakili suka dan duka, kebanggaan dan kesedihannya. Ini adalah sebuah seruan masuk peperangan, sebuah himne kemenangan, dan kepedihan sesekali.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *