oleh

Pep Guardiola Ikut Campur Dalam Masalah Pelatih Baru Barcelona

Mantan pelatih Blaugrana, Pep Guardiola punya satu nama yang pantas menggantikan Ronald Koeman di kursi kepelatihan Barcelona.

Dia adalah Erik Ten Hag.

Laporan El Nacional menyebutkan, Barcelona tengah merencanakan masa depan tanpa Ronald Koeman.

Barcelona mengalami jendela transfer musim panas yang begitu pelik karena gagal mempertahankan Lionel Messi.

Tim Catalan juga kehilangan Antoine Griezmann meskipun sejumlah pemain baru berdatangan. Tetapi Barcelona belum konsisten di liga sejauh ini, bahkan menerima kekalahan menyakitkan dari Bayern Munchen di Camp Nou.

Presiden klub Barcelona, Joan Laporta dilaporkan meminta saran dari Pep Guardiola tentang siapa yang harus menggantikan Ronald Koeman.

Hingga pada akhirnya Pep Guardiola merekomendasikan nama pelatih Ajax, Erik Ten Hag.

Dua tahun lalu, Erik Ten Hag berpeluang mengantarkan Ajax ke final Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 1996, dilansir Daily Mail (edisi 1 Mei 2019).

Tapi sayang langkah itu terhenti oleh Tottenham Hotspur yang menang agregat atas Ajax.

Namun perlu digarisbawahi, skuat yang dimiliki Ajax ketika itu adalah pemain jebolan akademi yang kini telah merumput di berbagai klub elit Eropa, seperti Donny van de Beek di Barcelona, Hakim Ziyech di Chelsea, dan Matthijs de Ligt di Juventus.

Ajax bukanlah tim selayaknya Manchester City yang bergelimang harta untuk belanja pemain. Tapi di bawah Ten Hag, Ajax disulap menjadi kekuatan baru yang menggemparkan Eropa dengan materi lokal yang dimilikinya.

Sebagai bek tengah, Erik Ten Hag memiliki karier bermain yang biasa-biasa saja, tampil dalam 312 pertandingan di berbagai klub Eradivisie.

Dia memulai bersama FC Twente dan mangakhirinya dengan klub yang sama pada usia 32 tahun.

Erik Ten Hag menyadari dia punya kemampuan lain selain sebagai pesepak bola, dia mulai menjadi pelatih muda di Twente pada jenjang usia 17 dan U-19.

Dari sini, Erik Ten Hag mendapatkan pelajaran berharga tentang bagaimana membawa talenta muda dan membentuk mereka dalam tim utama, serta menciptakan pondasi untuk membangun kesuksesan masa depan.

Banyak produk akademi masuk ke tim FC Twente ketika itu, termasuk nama Marko Arnautovic.

Lebih dari tujuh tahun, Erik Ten Hag membangun FC Twente, dari jenjang usia di akademi hingga menjabat sebagai asisten peltih tim utama.

Dia menjabar sebagai asisten 3 pelatih berbeda, termasuk Steve McClaren di tahun pertamanya bersama PSV pada musim 2008/2009.

Twente yang dibangun oleh Erik Ten Hag dan Steve McClaren keluar sebagai runner-up di Eradivisie satu musim berselang, dan ia meninggalkan klub pada saat itu.

Setelah menjalani tiga tahun sebagai asisten pelatih di PSV, Erik Ten Hag mengambil kesempatan pertamanya untuk menjadi tim pelatih senior klub lapis kedua Belanda, Go Ahead Eagles musim 2012/2013.

Bersama Go Ahead Eagles, nama Erik Ten Hag mulai jadi perbincangan, dia berhasil membawa klub tersebut finis di peringkat enam pada klasemen akhir musim.

Menariknya, Erik Ten Hag berhasil membawa Go Ahead Eagles promosi ke Eradivisie untuk pertama kalinya setelah absen dua dekade melalui jalur play-off.

Penyerang Ajax saat ini, Quincy Promes adalah satu di antara pemain muda yang sukses bersama Erik Ten Hag di Go Ahead Eagles.

Dia menjadi aktor dengan raihan 13 gol dan sembilan assist dalam satu musim.

Tak hanya itu, skuat Eagles memiliki rata-rata usia 22,2 tahun kala menyambut masa promosi tersebut.

Kemampuannya mengolah talenta muda untuk membimbing mereka ke puncak kesuksesan membuat Bayern kepincut.

Bayern Munchen kala itu (2013) tengah merombak susunan kepelatihan mereka dengan mengangkat Pep Guardiola sebagai kepala pelatih tim utama.

Saat itu, Erik Ten hag diangkat sebagai pelatih Bayern II yang bermain di Regionaliga Bayern, kasta keempat sepak bola Jerman.

Dua tahun bersama Bayern II, Ten Hag membawa mereka ke tempat pertama di Regionaliga Bayern tetapi kalah dalam play-off promosi sebelum finis di peringkat kedua pada musim berikutnya.

Pada masa itulah, Erik Ten hag mendapat kesempatan untuk mempelajari gaya kepelatihan dan permainan Pep Guardiola.

Hal itu juga yang membuat Ajax saat ini adalah tim dengan wujud tim yang mengandalkan kolektivitas tim dalam penguasaan bola, passing, dan pressing yang agresif, serta kiper yang nyaman dengan menguasai bola.

Jika Pep Guardiola punya Manuel Neuer di Bayern Munchen dan Ederson di Manchester City, Erik Ten Hag punya Andrea Onana bersama Ajax.

Erik Ten Hag kala itu melahirkan pemain sekelas Pierre-Emile Hojbjerg yang saat ini membela Tottenham.

Pada tahun 2015, Erik Ten Hag kembali ke tanah kelahirannya di Belanda. Kini ia menjadi pelatih kepala Utrecht yang berhasil mengantarkan ke peringkat empat di akhir musim untuk mendapatkan tiket Liga Eropa.

Atas etos kerja dan pencapaian ini membuat raksasa Belanda Ajax tertari untuk mendatangkannya pada 2017 setelah pemecatan Michael Reiziger.

Tak butuh waktu lama bagi Erik Ten Hag untuk mengolah talenta lokal yang dimiliki Ajax hingga pada musim 2018/2019 hampir menembus final Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 1996.

Erik Ten Hag lekat dengat formasi 4-3-3 dan gaya sepakbolanya yang mengandalakan penguasan bola, seperti halnya Pep Guardiola.

Pada usia 49 tahun (2019), Erik Ten Hag memasuki masa kejayaannya sebagai seorang pelatih yang diberikan ruang dan waktu untuk membangun tim muda paling mengesankan di Eropa dengan filosofi permainan yang jelas bersma Ajax.

Melatih Barcelona setelah era Ronald Koeman bisa membangkitkan gairah tim Catalan yang saat ini banyak dihuni oleh jebolan La Masia, akademi klub.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *